Oleh : Ustadz Rendy Saputra
Berita ini lalu lalang di portal berita. Kejadiannya pertengahan Desember ini. Di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Saya sebagai penulis berharap bawah lokasi Aceh ini gak dijadikan sentimentil atas pelaksanaan syariat di wilayah tersebut. Kejadian ini bisa terjadi dimana saja. Pelaksaan Perda Syariah Daerah tetap harus didukung dan dihormati.
Berita seperti ini nampaknya jangan cuma jadi angin lalu. Yang dibahas pidananya, hukumannya, itu silakan saja, tapi sebenarnya kita gak menyentuh aspek yang mendasar.
Saya telah membaca semua beritanya, di berbagai sumber. Infonya sama, ada 14 pria remaja yang berkisar 16 sd 21 tahun, menyekap seorang anak wanita 15 tahun di sebuah cafe, lalu dikerjain ramai-ramai. Ini bukan lagi perilaku manusia, ini sudah perilaku monster.
Saya menyelami kejadian ini. Saya punya anak perempuan. Sedih melihat masyarakat begini. Mengapa anak kisaran SMA, usia kuliahan, bisa-bisanya ngerjain 1 anak wanita, lalu disekap 2 hari. Dimana naluri manusianya?
Maka tidak berlebihan jika saya menyimpulkan, bahwa 14 pria remaja ini lepas dari pengasuhan masyarakat. Mengapa saya tembak "komunitas masyarakat", karena sel ketahanan keluarga kita sudah lemah, maka ketahanan berikutnya harus ada di masyarakat.
Kita sangka baik, masing-masing keluarga pelaku juga banyak masalah, sehingga anak-anak mereka lepas kendali jadi monster.
Saya ulangi sekali lagi, tatanan keluarga di masyarakat ini lemah. Bapak kerja, ibu kerja, anak-anak diasuh gadget, bebas akses apa aja. Bebas nonton apa saja. Ngobrol jarang, kehangatan gak ada, maka wajar jika kepala dan jiwanya diisi kebusukan.
Belum lagi lingkaran pergaulan masyarakat yang gak jelas batasannya. Yang ada hanya circle anak nongkrong. Jadi tergantung ketua tongkrongan, begitu ketua tongkrongan bilang sekap dan kerjain, ya sudah, 14 remaja bergerak dalam kejahatan berat.
Saya langsung aja to the point, dimana peran masjid?
Inilah yang mati-matian saya tulis serius hampir tiap hari. Tolong masjid-masjid itu terbuka sama anak muda. Tolong bapak-bapak ibu-ibu yang katanya Da'i wad Da'iyyah itu rangkul sebanyak-banyaknya anak muda. Jangan senengnya zona nyaman, ceramah di depan anak baik. Anak nurut. Itu gampang. Kumpulin, ceramahin.
Kami gagas nonton bareng sepakbola, komennya aneh-aneh :
"Nanti judi bola, jangan"
"Masjid tempat sholat, bukan nobar."
"Jangan pakai listrik masjid, listrik masjid untuk sholat."
Gimana anak-anak muda kita mau ter asuh, kalo mau nonton bola aja gak boleh di pelataran masjid. Listrik masjid hanya untuk sholat, jadi kalo anak-anak ini mau nyolok HP, boleh gak?
Di tongkrongan maksiat mereka boleh jungkir balik, nyolok HP ok, wifi kencang, nongkrong gak diusir, cafe 24 jam. Sedangkan masjid sangar betul, ya wajar mereka jadi monster. Saya kalo baca berita begini, saya nyalahin diri saya sendiri, sebagai Da'i gak bisa konkret cegah yang beginian.
Manusia itu seperti cangkir menurut saya, kalo gak diisi teh, ya diisi kopi, kalo gak diisi apa-apa, ya kosong, nantinya orang lain yang ngisi.
Anak muda kita ini, kalo gak diisi nilai Islam, kalo gak diisi ingatan sholat, kalo gak diisi keramahan, maka akan diisi oleh yang lain.
Kalau bukan Islam yang ngisi hati anak-anak kita, maka hati anak-anak kita akan diisi oleh nilai kebalikannya. Kalo gak diisi kebaikan, ya akan diisi kejahatan. Itu sudah pasti. Gak ada yang netral.
Anak bapak ibu pegang HP, dia pake itu untuk nonton, kan pilihannya jelas, nonton yang baik, atau yang buruk. Gak ada tengah-tengah. Sistem nilainya jelas.
Kembali ke masjid.
Hari ini masjid sangar betul sama anak muda, pakai kaos dihardik, pakai jeans dihardik. Padahal solusinya ya sediakanlah sarung, baju gamis praktis, janganlah dihardik.
Hari ini anak muda nongkrong di masjid gak boleh. Bapak ibu, kalo anak-anak kita nongkrong di masjid, setidaknya ngelihat orang wudhu, ngelihat orang sujud, mendengar lantunan Quran, gak papa. Kenapa sih memangnya?
Pernah saya murka banget sama sekumpulan takmir masjid, saya ngisi taklim remaja di pelataran, saya nanya, kenapa gak didalam masjid? Mereka jawab,
"Kata bapak-bapak takmir, karpetnya baru, takut kotor, jadi disuruh diluar."
Ini nyata lho.
Karpet aja dibela-bela. Karpet rusak beli lagi pak. Gampang. Kok mentalnya melarat sekali ini bapak-bapak.
Karpet rusak tinggal pengadaan, kalo anak-anak kita ini jadi monster, na'udzubillah merkosa anak orang, kalo kejadian begini na'udzubillah menimpa putri bapak? Apakah ada spare part nya? Apakah ada toko yang jual gantinya?
Ini karpet aja dibela-bela. Dudukin aja kenapa? Tumpah teh ya tumpah lah. Ceceran risoles ya bersihkan. Vacuum lagi. Cuci lagi. Kok aneh banget mikirnya.
Saya selalu punya konsep, QS. 17 : 7, in ahsantum.. ahsantum li anfusikum.. wa in asa'tum falaha...
Sungguh kebaikan itu untuk dirimu sendiri, dan begitu juga keburukan, balik ke kamu juga. Kurang lebih begitu.
Coba lah sekarang kita ngasuh ummat, ngasuh anak muda, kebaikannya akhirnya untuk diri kita sendiri.
Saya suka didik batin saya, hari ini saya didik anak-anak pria muslim, berjuang keras memahamkan santri-santri ikhwan ini mengenal Allah. Semoga nanti salah satu dari mereka bisa jadi menantu saya, nikah sama putri saya. Menantu saya ahlul Quran, anak sholih. Semoga. Begitu keyakinan saya.
Jadi Bapak Ibu, sebaliknya juga demikian. Kalo kita cuek sama anak muda, kita biarkan rusak, kita biarkan jauh dari Allah, petaka nya kita yang tuai sendiri. Akhirnya kita panen anak muda rusak. Anak muda error.
"Ah, anak orang gini, terserah lah, bukan urusanku."
"Yang penting anakku baik, ini anak orang ya urusan mama bapak nya lah, bukan urusanku."
"Ah, kok jadi saya yang mikir, ini kan bukan urusanku, yang penting aku baik, anak-anakku sholih."
Oke, begitu kita cuma mikirin anak kita, keluarga kita, dan gak mau taking care masyarakat, maka wajar jika ada sebagian dari populasi masyarakat yang jadi MONSTER.
Nyekap anak orang, ngerjain rame-rame.
Nebas ibu-ibu pake motor, jambret kalung sama motornya. Jadi organ distribusi narkoba. Jadi kaki tangan premanisme, terlibat jual beli manusia. Dan banyak lagi perilaku monster lainnya.
Mak hayuklah, melalui tulisan sederhana ini, kembalilah kita ngasuh ummat. Tanggung jawab ini ada di entitas masjid, sebagai entitas dakwah resmi di ummat.
Bikin makan-makan di masjid. Kenapa sih anti betul sama makan-makan, pelit banget. Anak muda itu kalo ada makan-makan enak, mereka senang.
Ramah-ramah lah sama generasi muda kita ini. Di rumahnya, mereka sudah gak diajak ngobrol. Wajar mereka ini gak sopan, stress, depresi, temennya gadget_ dari lahir. Sabar-sabar. Maklum-maklum. Kasih tempat di masjid.
Di Masjid BerkahBOX imamnya rata-rata 17 tahun, sengaja. Kak Nirwana Tawil sebagai Direktur Masjid itu sengaja milih yang muda, karena Imam Muda Al Hafidz ini gak punya tempat di masjid lain. Kita kasih tempat.
Harapannya kalo anak muda jadi Imam Masjid, bisa jadi inspirasi untuk anak-anak yang lain.
Di Masjid BerkahBOX diadain voli, tenis meja, program ngaji remaja, pondok Quran gratis. Semuanya hampir nyasar segmen remaja.
Ayok lah, mau nunggu berapa banyak korban lagi, agar kita insyaf?
Anak muda sukanya olahraga, ayolah beli tenis meja, siapkan lapangan badminton, siapkan lapangan voli. Bikin anak muda itu ngumpul di masjid. Jadi matanya melihat ruku, melihat orang sujud, gak akan lah dapat inspirasi merkosa anak orang, insyaAllah.
Sibuk kita bangun menara sama bagusin kubah, anak-anak muda kita jadi monster. Makanya saya berkali-kali nulis, kasih anggaran, investasi ke anak-anak muda.
Kasih anggaran untuk datangkan ustadz yang mereka suka.
Kasih anggaran untuk mereka jalan-jalan rihlah Qurani.
Kasih anggaran mereka mau barbeque an, mau bakar-bakar sate, biar mereka ngumpul.
Investasi Bapak Ibu, keluarkan biaya, bakar duit ke anak muda, gak akan bisa taking return kalo gak investasi.
Mau punya generasi Qurani, hafal Quran, akhlaq baik, sementara keluar duit untuk program Quran aja pelit, ya mimpi namanya itu. Mau narik uang di rekening tapi gak pernah nabung. Itulah kelakuan kita hari ini.
MasyaAllah, begetar saya nulis tulisan ini. Basah mata saya. Cukup-cukup lah sudah, kita ini ngaku-ngaku dakwah, tapi kelakuan malah pro setan, pro iblis.
Anak muda mau ke masjid kita bentak. Yang senang iblis.
Anak muda duduk-duduk di masjid, kita usir. Yang tepuk tangan ya iblis and the geng.
Anak muda mau makmurkan masjid, dihambat, gak dikasih tempat, diusir paksa, ya yang pesta pora ya iblis.
Kalau kelakuan kita sebagai pengurus masjid gak berubah, tetap kasar dan sangar sama anak muda, sebenarnya kita ini mengajak ummat ke Allah atau ke iblis?
Udah itu aja deh, dijawab pakai hati.
Masajidalillah, masjidnya Allah. Baitullah. Allah itu memperkenalkan dirinya di awal dengan Ar Rahman dan Ar Rahiim.
Mengapa Masjid sebagai representatif Rabb di muka bumi malah sangar, kasar, pada ummat?
Semoga pelan-pelan segera berubah.
Saya yakin ini masalah narasi dan gagasan saja. Ridho saya dimusuhin takmir-takmir senior yang old school fikirannya. Terserah lah. Saya akan terus tulis apa adanya. Ini perang pemikiran, kalo sumbatan ini gak diperangi, repot. Nyumbat terus. Masyarakat muslim sudah keburu hancur.
Saya ketemu banyak takmir senior, pensiunan yang mendukung ide ini teramat banyak. Banyak banget. Saya yakin kaum muslimin yang waras masih banyak. Saya yakin.
Maka mudah-mudahan pelan-pelan berubah.
Sediakan makan bagi anak muda kita.
Datangi tongkrongan mereka, bawa makanan, ajak ke masjid.
Sediakan guru dedicated, mentor dedicated, gaji kalau perlu, anggarkan, keluarin itu dari kas masjid.
Pengusaha kaya-kaya, temui da'i-da'i muda yang fokus ke anak muda, support kehidupannya, jadi mereka bisa fokus didik anak muda, jadi mereka gak sibuk jualan dan kerja ini itu. Investasi ke mereka.
Ayoklah, kerusakan sudah dimana-mana. Pesantren terbatas, madrasah masuknya puluhan juta. Sementara masjid ada dimana-mana.
Akhir kata, mendoakan korban di Nagan Raya, semoga Allah kuatkan adik kita dan keluarga. Dan untuk 14 remaja yang insyaAllah kaum muslimin, semoga Allah beri hidayah dan taufik, wafat husnul khotimah. Konon ancaman hukuman mati.
Itu aja ya...
Maaf panjang...
Bebas di share...
Terima kasih sudah baca sampai sini.
URS - Menggugat Lemahnya Pengasuhan Ummat
**********************************************************************************
Silahkan copaste dan forward tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga manfaat
Ingin mendapatkan tulisan GRATIS dari Ustadz Rendy Saputra seperti ini? Yuk gabung Grup WA GRATIS URS Business Notes >> Ketik : JOIN URS BizNotes kirim ke sini